Jumat, 09 Desember 2011

Il Maestro...



                Dua puluh empat jam yang lalu aku berada di Gd. II, Fisipol Sekip R II. 4 Universitas Gadjah Mada, duduk dalam Stadium General Training Pengajar. Suatu tahap yang harus aku jalani untuk menjadi Duta Pendidikan dalam program Gadjah Mada Mengajar angkatan pertama. Program ini adalah program nonprofit yang didedikasikan untuk kemajuan pendidikan bangsa. Selama enam bulan ke depan aku dan para duta pengajar lainnya akan bertemu dengan wajah-wajah innocent para korban bencana Merapi dan kemiskinan yang membuat mereka putus sekolah.
Seringkali kita mengeluhkan tugas kuliah, laporan, makalah, esai, dsb. Namun, sesungguhnya ada banyak orang menginginkan hal itu. Betapa beruntungnya kita hingga seringkali lupa untuk bersyukur. Betapa kita kurang melihat ke luar tempurung diri sendiri hingga bersikap apatis. Betapa banyak anak di jalanan yang bahkan tak pernah terpikir di benak mereka tentang apa arti kehidupan selain uang untuk makan.
Jika sesekali kita mau menundukkan kepala, melihat, dan berbaur bersama orang-orang yang kurang beruntung, perasaan bersyukur itu akan timbul secara spontan dan membangunkan diri kita dari kekufuran yang seringkali menghinggapi hati. So the next question is.. What can I do for them? Bayangkan seandainya setiap orang merasakan hal yang sama dan berbuat kebaikan untuk orang lain di sekitarnya, kupikir tak ada kefakiran di dunia ini jika setiap orang mau berbagi. 
Berbagi itu tak selalu berbentuk materi. Seperti sebuah kalimat bijak berikut, “Harta itu jika kamu berikan maka akan berkurang, sebaliknya jika ilmu kau berikan ia akan bertambah dalam dirimu.” Adalah Sepenggal kalimat tentang keutamaan ilmu dari Ali bin Abi Thalib r.a. Beliau menekankan pentingnya berbagi ilmu kepada sesama. 
Gadjah Mada Mengajar memberiku kesempatan dan menjadi ladang amal bagi setiap mahasiswa di Yogyakarta untuk tak sekadar menjadi mahasiswa pembelajar. Namun, juga menjadi pengajar bagi anak-anak yang membutuhkan di kawasan sekitar Yogyakarta. Anak-anak itu punya mimpi. Anak-anak itu punya masa depan yang indah dan jalan panjang yang harus mereka lalui. Hanya saja saat ini mereka sedang mengalami ujian kehidupan. Dan kita bisa memberikan tangan-tangan kita untuk memberi dorongan semangat kepadanya. 
Terinspirasi dari Indonesia Mengajar yang digagas oleh Anies Baswedan, Kementerian Sosial dan Kemasyarakatan BEM KM UGM membentuk program ini dan sekitar lebih dari 60 mahasiswa terlibat di dalamnya. Enam bulan pengabdian selama satu periode angkatan dengan 7 mata pelajaran berbeda setiap hari diharapkan membantu anak-anak belajar lebih baik. Objek GMM saat ini adalah kawasan Shelter Gondang II Merapi, desa Papringan belakang museum Affandi, dan kawasan Gelanggang Mahasiswa UGM. Dengan latar belakang yang berbeda di setiap daerah, kami memiliki harapan untuk mengubah pendidikan anak-anak tersebut menjadi lebih baik secara bertahap.
Jalan ini pun mungkin tak semudah yang dibayangkan. Jadi kuluruskan niatku dan kutularkan semangat ini kepadamu, kawan. Berkontribusilah di manapun itu. Dan di sinilah aku, hanya ingin menjadi il maestro* untuk mereka...
*Il Maestro: sebuah kata dalam bahasa Italia yang berarti “Guru”.

Sambutan Anies Baswedan dalam Stadium General Gadjah Mada Mengajar #1 ...Check this out!


2 komentar:

  1. Subhannallah... bagus ma... semoga kedepannya bnyk yg mengikuti jejak ugm mengajar.... luar biasa...

    BalasHapus
  2. udah banyak kok gar,yang terinspirasi dari Indonesia mengajar..UI, UNAIR, dll...ammiiin, mg gerakan spt ini bisa menjamur dan memberikan perubahan buat pendidikan di Indonesia lebih baik!(:

    BalasHapus